Anggota IKAPI

Eksistensi Punguan (Asosiasi Marga) dalam Pelestarian Sistem Kekerabatan dan Solidaritas Kelompok di Kalangan Migran Batak Toba di Kota Bandung

Penulis:
Ulung Napitu

xii; 184 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-342-142-3
Cetakan 1, Juli 2021

Migran Batak Toba yang bermigrasi keberbagaian kota di Indonesia dan khususnya ke Kota Bandung mengalami perubahan sosial dan budaya serta adat istiadat di Kota Bandung yang memiliki budaya dominan Sunda. Orang Batak Toba di Kota Bandung wajib beradaptasi kepada budaya setempat dan mengalami perubahan nilai sosial budaya serta pola hidup sesuai dengan pragmatisme kehidupan kota. Apabila migran Batak Toba larut dengan budaya kota dan budaya Sunda yang dominan di Bandung mereka akan kehilangan jati diri, anomie dan bahkan identitas sebagai orang Batak Toba, padahal, identitas tersebut harus tetap dipertahankan walaupun mereka beradaptasi dengan budaya setempat dan budaya urban.

Untuk menjembatani kehidupan migran Batak Toba di Kota Bandung dengan budaya dari daerah asal mereka membentuk berbagai perkumpulan berdasarkan etnik, marga dan sistem kekerabatan karena adanya perkawinan. Perkumpulan etnik tersebut merupakan wadah enkulturasi budaya Batak Toba yang diwarisi dari daerah asal dan sekaligus sebagai wadah adaptasi bagi budaya Sunda yang bersifat dominan. Memahami hal tersebut, dapat dikatakan bahwa perkumpulan (asosiasi) etnik, marga, dan Dalihan na Tolu sangat fungsional untuk mempertahankan solidaritas, integrasi adat istiadat, nilai sosial budaya Batak Toba yang diwarisi dari daerah asal serta wadah untuk melaksanakan enkulturasi dan adaptasi bagi budaya Sunda yang dominan di Kota Bandung.

Bagikan

Tinggalkan Balasan